Mengapa masih banyak banjir di beberapa wilayah di Indonesia ??

Kita melihat dan mendengar bahwa di beberapa wilayah di tanah air masih terjadi banjir. Jakarta dan Tangerang misalnya, banjir bahkan di beberapa tempat mencapai ketinggian sampai dengan atap rumah. Genangan air banjir ini masih berlangsung sampai dengan saat ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa banjir ini disebabkan karena curah hujan yang tinggi dan banyaknya sampah pada sungai yang menyebabkan air luber keluar dari aliran sungai. Dampak yang ditimbulkannya luar biasa. Di medsos seperti biasanya timbul nyinyiran dan sindiran pada pimpinan daerah yang sampai dengan saat ini masih menggema. Memang benar bahwa salah satu upaya untuk mengatasi banjir adalah memasukkan air ke dalam tanah, tapi berdasarkan teori misalnya oleh Rockstroom, hanya 10% saja curah hujan yang mampu meresap ke dalam tanah. Sisanya menjadi air larian (run off) dan evapotranspirasi. Tentu ini tidak sebanding dengan banyaknya air yang akhirnya bermuara ke laut. Jadi bagaimanapun upayanya untuk memasukkan air ke dalam tanah, tetap saja jauh lebih banyak air yang mengalir ke laut. Sialnya, bila laut mengalami pasang maka air tidak serta merta bergerak dan masuk ke laut. Air akan tertahan dan menyebabkan genangan yang lebih lama dibanding kalau laut dalam keadaan surut. Pagi ini diberitakan di Surabaya juga air banjir masuk ke dalam area mall. Semua ini menunjukkan bahwa curah hujan masih tinggi di beberapa wilayah di tanah air. Meskipun matahari sudah bergerak menuju ke arah Utara sebulan setelah matahari melewati ekuator, ternyata hujan masih juga turun dengan deras di banyak tempat di tanah air. Di Sumatera juga banjir terjadi di beberapa tempat. Coba kita lihat streamline angin di wilayah Indonesia dan sekitarnya pada (ramalan) hari kemarin, berikut ini.
Tampak tiga pusat tekanan rendah di wilayah Indonesia yang mengakibatkan curah hujan tinggi di banyak tempat di Indonesia. Daerah-daerah konvergensi yang banyak awannya ini berpotensi menyebabkan banjir meskipun banjir sendiri tidak melulu diakibatkan oleh curah hujan tinggi. Perilaku manusia, kondisi resapan yang jauh berkurang karena permukaan tanah sudah diaspal/dibeton atau sudah terlalu banyak bangunan sedangkan saluran drainase tidak ada bisa menyebabkan air hujan akan meluber dari saluran drainase atau sungai. Akibatnya banjir ada dimana-mana. Tantangan bagi kita semua untuk mengembalikan fungsi lahan dan mengurangi sebesar-besarnya dampak yang ditimbulkan akibat banjir tersebut. Meskipun pola angin nampaknya juga sudah mulai menguat angin tenggaranya namun keberadaan pusat tekanan rendah/daerah konvergensi nampaknya masih akan ada untuk beberapa waktu ke depan. Dua daerah netral yang bisa berakibat pada pembentukan dan penghilangan awan juga terdapat di Indonesia yang turut menyumbang pada timbul/berkurangnya banjir. Semoga tidak ada lagi wilayah kita yang banjir bila lingkungan hidup diperbaiki, saluran drainase dinormalisasi, dan waduk/embung tetap dalam dan tidak makin dangkal. Tak ketinggalan, perilaku/kebiasaan masyarakat membuang sampah seenaknya/ke sungai diubah dan pendidikan kesadaran lingkungan hidup diajarkan sejak dini. 


Pola cuaca Indonesia: prakiraan dan fakta

Melihat gambar di bawah ini yang  menunjukkan streamline yang mulai bergeser dan menunjukkan pola timuran yang mulai dominan maka kelihatannya musim transisi sedang berlangsung dari musim hujan ke musim kemarau. Meningat posisi matahari saat ini sudah berada di utara katulistiwa maka akan terjadi pembalikan arah angin secara bertahap dari angin timur laut di bumi utara Indonesia menjadi angin barat daya. Sedangkan di bumi selatan katulistiwa akan bertahap menjadi angin tenggara yang ketika melewati katulistiwa maka akan menjadi angin barat daya. Pola yang terlihat di bawah sekali lagi menunjukkan pola yang mengalami pergeseran. Pusat tekanan rendah di wilayah Indonesia khususnya di barat laut dan barat daya Jakarta membawa dampak pada banyaknya perawanan di sekitarnya apalagi di Sumatera meskipun ada daerah netral yang menunjukkan daerah konvergensi dan divergensi. Daerah konvergensi menunjukkan pola perawanan sedangkan daerah divergensi menunjukkan pola langit yang cerah tanpa awan.

Di sebelah timur laut Papua juga masih ada pola tekanan rendah yang membawa dampak pada cuaca di sekitarnya. Marilah kita coba lihat pola perawanan yang terjadi pada hari ini berdasarkan satelit Himawari 8 jam 10 WIB. Terlihat awan-awan tebal yang seperti digambarkan di atas  mempunyai potensi untuk turunnya hujan. Praktis di Sebagian Jawa khususnya Jawa Timur sampai Timur Leste perawanan tidak banyak terjadi, langit jauh lebih cerah dibanding wilayah Indonesia lainnya. Demikian pula yang terjadi di Utara Australia dan beberapa negara ASEAN yang lain seperti Thailand, Kamboja, Vietnam. Myanmar, Philippina tidak banyak perawanan yang berpotensi hujan.Laut China Selatan dan laut Pasifik bagian barat juga mengalami hal yang sama. Bila bepergian ke wilayah-wilayah tersebut relatif aman dari gangguan cuaca.
Semoga uraian singkat ini mencerahkan bagi kita semua. Salam sejahtera bagi kita semua. Aamiin.

ENTRI UNGGULAN

Diundurpun ternyata kesepakatan dana aksi iklim sangat kecil

 Konferensi IPCC di Azerbaijan telah ditutup molor 30 jam dari rencana semula. Banyak pihak menilai bahwa hasil konferensi pun terjelek sepa...

POSTINGAN POPULER