Monsoon di Asia Tenggara

Di antara berbagai belahan dunia yang mengalami monsoon, yang perkembangan monsoon nya terbaik adalah yang ada di Asia Tenggara. Beberapa bagian dunia yang mengalami monsoon adalah di Afrika, Asia Selatan, Asia Timur, Asia Tenggara dan Amerika. Di Afrika, pergerakan monsoonnya dapat dilihat pada laman https://djokowiratmo.blogspot.com/search?q=monsoon+Afrika . Monsoon pada galibnya merupakan pembalikan arah angin secara musiman akibat perbedaan pemanasan antara daratan dan lautan. Menurut Ramage dan Khromov, monsoon terjadi bila pembalikan arah angin tersebut minimal 120 derajat dan kecepatan angin minimal 3 m/s secara persisten/ajeg kurang lebih 40%, serta distribusi tekanananya renggang. Berbeda dengan monsoon Afrika, monsoon Asia Tenggara mencapai Australia bagian Utara. Pada saat musim panas di Asia maka tekanan rendah terbentuk di daratan Asia dan tekanan tinggi berada di Australia. Akibatnya terbentuk monsoon Australia yang sedikit membawa uap air khususnya bagi wilayah Indonesia karena faktor jarak dan daerah yang dilaluinya banyak berupa daratan sehingga sedikit membawa uap air. Terkecuali wilayah pegunungan yang diuntungkan dengan pembentukan hujan orografis di daerah yang menghadap monsoon Australia. Daerah lainnya banyak mengalami musim kemarau kecuali di wilayah-wilayah dimana pengaruh ekuatorial dan lokal mendominasi. Sementara itu saat musim dingin Asia maka Asia khususnya dataran tinggi Tibet mengalami tekanan tinggi sehingga massa udara bergerak ke arah Australia dimana sebagian melalui Pasifik barat sebagai pasat timur laut dan karena membawa uap air yang banyak maka Indonesia mengalami musim hujan. Pasat timur laut ini setelah melalui ekuator akan menjadi angin barat laut. Maka tidak aneh bila musim hujan diawali oleh permulaannya dari wilayah Sumatera bergeser ke tenggara ke arah Jawa kemudian ke timur ke Nusa Tenggara. Ketika mencapai Nusa Tenggara curah hujannya sudah jauh berkurang sehingga wajar bila di wilayah ini kurang mendapatkan curah hujan baik saat musim hujan maupun musim kemarau. Akibatnya wilayah ini banyak menjadi savana dan padang rumput sehingga cocok untuk peternakan kuda dan sapi. Jadi tidak mengherankan bahwa salah satu lumbung ternak dan susu berada di kawasan ini.
Monsoon musim panas dan dingin Asia yang dialami Asia Tenggara ini berkembang dengan baik saat bulan April sampai September dan Oktober sampai Maret setiap tahunnya. Itu pada kondisi normal, artinya baik Dipole Mode maupun ENSO berada pada kondisi normal juga. Namun ketika terjadi penyimpangan positif atau negatif yang besar pada kedua fenomena tersebut ditambah lagi pengaruh osilasi Madden Julian maka ada pengaruh tertentu pada pola monsoon tersebut. Bisa berdampak menambah curah hujan atau berkurangnya curah hujan sehingga kekeringan terjadi.
https://www.cpc.ncep.noaa.gov/products/Global_Monsoons/Asian_Monsoons/Asian_Monsoons.shtml Video di atas dapat dengan jelas menggambarkan bagaimana pergerakan monsoon dari waktu ke waktu selama periode yang ditunjukkan. Terlihat dengan jelas pembalikan arah angin pada waktu-waktu yang ditunjukkan di atas pada ketinggian kurang lebih 1,5 kilometer dari permukaan bumi. 

Buku besutan tentang meteorologi tropis

Bumi dan atmosfernya merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan. Selubung gas yang menyelimuti bumi memengaruhi kehidupan manusia dengan berbagai cara. Radiasi matahari sebagai sumber energi memberikan pengaruh nyata melalui interaksinya dengan atmosfer dan permukaan bumi. Pantulan, hamburan, terusan, serapan merupakan proses-proses yang dialami oleh radiasi matahari ketika mencapai atmosfer bumi. Neraca radiasi yang ada, yakni antara radiasi matahari yang masuk dan yang keluar dari sistem bumi akan memengaruhi terbentuknya cuaca dan iklim. Kehadiran gas-gas rumah kaca yang melimpah di atmosfer seperti CO2, NOx, CH4, uap air dan ozon berdampak pada neraca radiasi, berakibat pada pemanasan atmosfer yang berimbas pada terjadinya perubahan iklim. Perubahan iklim telah menjadi issue global yang mendapat banyak perhatian dari para pemimpin di dunia sehingga menjadi agenda rutin Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) setiap tahunnya.
Itu adalah petikan dari buku "Cuaca, Musim dan Iklim Tropis" karanganku yang diterbitkan oleh Penerbit ITB dengan cover sebagai berikut:
Isinya yang ringan tetapi tidak mengesampingkan bobot ilmiahnya ini disampaikan dengan bahasa yang lugas dan mudah untuk dipahami oleh berbagai kalangan. Silahkan dipesan langsung ke Penerbit ITB.

ENTRI UNGGULAN

Webinar Refleksi Bencana Hidrometeorologi

  Sambutan webinar “Refleksi bencana hidrometeorologis 2023 dan peluangnya di tahun 2024” Para senior yg saya hormati, Para pembicara we...

POSTINGAN POPULER