Matriks penelitian

 Sangat menarik untuk mengetahui kondisi wilayah tropis, suatu wilayah yang dihuni lebih dari sepertiga penduduk dunia. Suatu wilayah yang mempunyai peran sangat penting dalam mengendalikan cuaca, musim dan iklim dunia. Wilayah sumber energi yang turut menggerakkan sirkulasi, osilasi, gelombang dan pasang surut atmosfer. Sudah demikian banyak penelitian tentang atmosfer di wilayah tropis, namun masih banyak yang belum digali dengan seksama. Bagaimana kopel laut-atmosfer-darat dalam sistem iklim masih menyisakan banyak sekali ruang untuk penelitian. Matriks kaitan antara SST (sea surface temperature), SLP (sea level pressure), IOD (Indian Ocean Dipole), MJO (Madden-Julian Oscillation), ENSO (El Nino and Southern Oscillation), PDO (Pacific Decadal Oscillation), monsoon, gelombang dan sirkulasi lain di atmosfer untuk berbagai kasus kejadian di banyak wilayah tropis dan luar tropis sangat menarik untuk diteliti. Kejadian-kejadian yang sifatnya umum sampai yang khusus. Belum lagi kalau dikaitkan dengan biosfer, humanosfer dan kriosfer ...ini semuanya ladang untuk penelitian. Pemodelan-pemodelan atmosfer dengan berbagai resolusi baik ruang maupun waktu, demikian juga dengan masalah observasinya.

Saat ini kendala data kurang begitu relevan meskipun resolusinya masih cukup kasar namun ke depan pasti akan makin banyak terjadi perbaikan. Metode pengamatan yang kian canggih dan makin presisi seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menjadikan hasil penelitian juga makin akurat. 

Namun yang tetap harus diingat, bahwa betapapun canggihnya teknologi yang ada, akan selalu ada ketidakpastian yang mustahil untuk dipecahkan oleh manusia, kecuali hanya Allah SWT semata.


Penelitian tentang covid19 dan cuaca

 Lama saya tidak mengisi blog ini mengingat sedang berusaha "meneliti" bagaimana pengaruh parameter cuaca dan musim di Indonesia terhadap covid19. Ini hal yang sangat menarik mengingat berbagai penelitian sebelumnya mengungkapkan adanya hubungan ini, meski juga masih samar-samar mengingat bahwa kalau dirunut ke belakang, faktor interaksi manusialah yang sepertinya lebih memberikan dampak pada penularan ini. Berbagai langkah yang dilakukan seperti memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menjauhi kerumunan nampaknya masih belum memberikan dampak yang berarti karena berbagai sebab. Misalnya ketidakpatuhan masyarakat; ini tampaknya yang menyebabkan akhir-akhir ini lonjakan penderita mencapai lebih dari 3 ribu orang per hari sehingga sampai hari ini lebih dari 400 ribu orang terkena covid19. Ketidakpatuhan (ketidakpedulian) yang bagi sebagian orang terasa menyakitkan, khususnya mereka-mereka yang sudah demikian patuh untuk mengikuti himbauan pemerintah. Semoga saja vaksin segera ditemukan karena tampaknya cara inilah yang dinilai paling efektif dalam menanggulangi covid19, seperti halnya yang dilakukan dalam sejarah.

Sumber: PR, 31/10/2020

Penelitian ini diharapkan mampu menjawab pertanyaan mendasar terkait kaitan antara cuaca dan musim dengan covid19. Semoga saja penelitian dalam bidang meteorologi kesehatan ini bisa memberi sumbangsih pada dunia kedokteran seperti halnya penelitian penyakit-penyakit lain. Kadangkala yang menjadi kendala adalah ketersediaan data ataupun kalau datanya ada maka bolong-bolong atau resolusinya tidak sesuai dengan yang dibutuhkan. Harapan para akademiawan dan peneliti adalah pengarsipan/rekordisasi yang lebih baik yang dilakukan oleh semua instansi sehingga sangat membantu dalam berbagai macam langkah akademik dan penelitian ilmiah. Hasilnya bisa digunakan untuk tujuan memperbaiki kebijakan atau aturan yang ada mengingat basisnya adalah kajian ilmiah, bukan pernyataan yang berdasarkan asumsi-asumsi atau perkiraan yang tidak jelas.

Pengaruh pandemi covid-19 terhadap cuaca??

Hari senin yang lalu terjadi banjir bandang dan longsor di wilayah Banten. Kejadian yang tidak diduga-duga ini diakibatkan hujan deras sepanjang hari tersebut di kawasan tersebut. Wilayah yang terdampak tersebut terlanda banjir yang menyebabkan sebagian rumah tertimbun longsor dan beberapa kendaraan terbawa arus banjir. Dari perspektif cuaca dan musim dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat ini musim pancaroba, dimana angin timur dan tenggara mulai dominan di belahan bumi selatan wilayah Indonesia. Ini memicu pada pengurangan kandungan uap air yang terbawa oleh massa udara mengingat wilayah Australia merupakan wilayah dataran kering yang relatif datar, tidak banyak topografi yang menjulang tinggi. Oleh karena itu maka massa udaranya juga relatif kering. Ketika melampau wilayah yang sempit lautnya maka massa udara ini sedikit mengalami peningkatan uap air sehingga relatif tidak jenuh. Namun mengingat bahwa di bagian barat Banten terdapat pusat tekanan rendah dan massa udara yang  mencapai wilayah tersebut banyak membawa uap air maka peluang terjadinya hujan menjadi lebih besar.
Sebenarnya kalau melihat aktifitas manusia yang saat ini menurun maka peningkatan aerosol di atmosfer menjadi berkurang. Lebih banyak sumber-sumber alami yang menyumbang pada peningkatan aerosol di atmosfer misalnya dari aerosol garam air laut. Aerosol ini mempunyai ukuran inti raksasa (giant aerosol) sehingga bila terjadi pengintian heterogen maka peluang terjadinya hujan juga akan meningkat. Pandemi corona ini memang menyebabkan pengaruh aktivitas manusia menurun sedangkan pengaruh alami meningkat.

Kawasan simbol negara banjir??

Hari demi hari berlalu tanpa tidak banjir di berbagai tempat. Bahkan kawasan monumen nasional (monas) yang selama ini tidak pernah banjir kemarin terjadi banjir. Underpass kemayoran juga mengalami banjir dan genangan yang puluhan jam belum surut juga meskipun telah dilakukan penyedotan air menggunakan pompa. Silang sengketa antara pemerintah daerah DKI Jakarta dengan pemerintah pusat terjadi terkait dengan kewenangan untuk mengatasinya. Terlepas dari sengketa pengelolaan tersebut, yang menarik adalah mengapa setiap kali musim hujan, kejadian yang sama selalu terjadi bahkan semakin parah. Tidak lain karena kesadaran pihak yang semestinya bertanggungjawab pada kewenangan wilayahnya kurang antisipatif dan terlalu asyik masyuk dengan euforia politik. Kemampuan diplomasi tapi tidak ada kemampuan teknis dalam mengatasi masalah hanyalah bohong besar. Manajerial yang amburadul bisa jadi akan menyebabkan masyarakat kurang terurusi dengan baik. Berkaca dengan apa yang sudah terjadi maka marilah bersama-sama menyediakan waktu untuk mengurusi hal-hal yang mendasar sampai tingkat yang sedetail-detailnya sehingga tidak kaget kalau ada peristiwa tertentu di luar perkiraan yang dinyatakan secara garis besar. Justru mulai dari yang kecil-kecil tersebut maka hal-hal besar bisa muncul sewaktu-waktu.
Hasil gambar untuk banjir monas
Kita kurang belajar pada peristiwa yang selalu terjadi. Kita lengah bahwa semestinya kita sudah mempersiapkan infrastruktur mengatasi banjir jauh hari sebelum musim hujan datang. Ini mengingat masalah musim kurang diperhatikan dalam melakukan proses pembangunan. Tidak jarang kita tergopoh-gopoh ketika musim hujan terjadi akibat kurang mengindahkan lingkungan hidup pada saat musim kemarau, demikian juga pembangunan infrastrukturnya. Dalam berbagai kesempatan saya kemukakan masalah ini namun belum memberikan hasil yang signifikan. Sistem penganggaran pembangunan kita masih rigid dan hanya berhitung bahwa dalam satu tahun maka ada 12 bulan, tidak memperhatikan cuaca, musim dan iklim yang terjadi. Beruntunglah presiden kita cukup tanggap untuk membelanjakan bea modal di awal tahun sehingga pembangunan bisa berjalan dengan lebih cepat. Tapi inipun masih belum cukup. Kita mempunyai tiga jenis pola curah hujan di tanah air mengingat memang kalau di wilayah kita curah hujan merupakan parameter cuaca dan iklim paling penting. Musim lebih banyak dibedakan dengan menggunakan data curah hujan. Oleh karena itu maka marilah sedikit lebih repot dengan menggunakan pola penganggaran yang disesuaikan dengan pola musim di Indonesia. Tujuannya tidak lain agar terjadi efisiensi penganggaran dan efektifitas pelaksanaan pembangunan. Gitu saja kok repot, eh repot kok hanya segitu-segitu saja ya 💪😃😄

Peningkatan pemahaman ttg bencana alam bagi masyarakat

Beberapa tahun terakhir ini fenomena cuaca dan iklim ekstrim seperti banjir, kekeringan, angin kencang, angin puting beliung dan siklon tropis serta bencana kebumian yang lain seperti gempa bumi, letusan gunung api, tsunami makin sering melanda dunia khususnya Indonesia. Pemberitaan tentang hal tersebut dapat dijumpai di berbagai macam media masa seperti koran, majalah, buletin, televisi, radio dan media sosial lainnya seperti twitter, facebook, line, whatsapp dll. Dengan demikian maka hampir semua kalangan masyarakat terpapar oleh pemberitaan tersebut. Namun sayangnya, sering pemberitaan tersebut tidak tepat sehingga informasi yang diterima masyarakat juga tidak tepat. Akibatnya pemahaman masyarakat tentang fenomena cuaca dan iklim serta bencana kebumian yang lain menjadi tidak tepat juga. Ini merupakan tanggungjawab kita bersama; pemerintah, dunia pendidikan yang terkait dengan ilmu dan teknologi kebumian, masyarakat khususnya generasi muda dan media masa (khususnya wartawan) untuk meluruskannya.
Pemberitaan yang sering tidak tepat menggelitik kami untuk mencoba meningkatkan mutu dan meluruskannya melalui kegiatan ceramah interaktif ke para generasi muda umumnya dan khususnya santriwan santriwati pondok-pondok pesantren ahlus sunnah wal jama'ah agar generasi muda kita melek atau paham tentang bencana-bencana tersebut yang terjadi di Indonesia. Diharapkan ada efek bola salju dari kegiatan ini dalam memahami fenomena alam dan mensikapinya. Sekaligus juga diharapkan agar kebijakan yang terkait dengan permasalahan lingkungan hidup lebih berpihak bagi kemaslahatan atau kebaikan masyarakat Indonesia.
Untuk informasi selanjutnya bisa kontak: wiratmo1204@gmail.com

ENTRI UNGGULAN

Diundurpun ternyata kesepakatan dana aksi iklim sangat kecil

 Konferensi IPCC di Azerbaijan telah ditutup molor 30 jam dari rencana semula. Banyak pihak menilai bahwa hasil konferensi pun terjelek sepa...

POSTINGAN POPULER